Memperhatikan atau menjaga sistem pernapasan ayam
adalah syarat utama agar ayam menjadi sehat yaitu dengan menjaga
ketersediaan udara yang bersih, maka dari itu perlu kiranya kita menjaga
kesehatan ayam terutama yang berhubungan dengan sistem pernapasan ayam
sebab melalui saluran pernapasan ayam inilah bibit penyakit mudah sekali
masuk ke tubuh, jika saluran pernapasan ayam terganggu maka fungsi
utama sebagai penyedia oksigen, mengeluarkan gas karbondioksida,
sekaligus sebagai sistem pengaturan suhu tubuh terggangu.
Biasanya yang paling sering dijumpai adalah ayam bersin/batuk yang dapat mengakibatkan infeksi pada saluran pernapasan dan sering sekali kita kurang memperhatikan akan hal tersebut, padahal bermula dari situlah yang memicu bibit penyakit menyerang dan jika hal tidak segera ditangani dengan tepat dapat mengakibatkan ayam sakit dan berujung pada kematian.
Biasanya yang paling sering dijumpai adalah ayam bersin/batuk yang dapat mengakibatkan infeksi pada saluran pernapasan dan sering sekali kita kurang memperhatikan akan hal tersebut, padahal bermula dari situlah yang memicu bibit penyakit menyerang dan jika hal tidak segera ditangani dengan tepat dapat mengakibatkan ayam sakit dan berujung pada kematian.
Kerusakan Sinus dan Penanganannya
Lubang
dan rongga hidung, sinus hidung, tenggorokan (laryng), bronchus,
broncheolus dan paru-paru serta kantung udara merupakan rangkaian organ
pernapasan yang dilalui oleh udara hingga bisa digunakan oleh tubuh
ayam. Keoptimalan fungsi masing-masing organ pernapasan tersebut sangat
besar pengaruhnya terhadap produktivitas ayam, bahkan menjadi penentu
kehidupan ayam. Perlu kita ingat kembali, suplai oksigen yang
berkualitas dalam jumlah yang cukup menjadi prasyarat utama
berlangsungnya fungsi tubuh ayam.
Sinus, Bagian Saluran Pernapasan Atas
Sinus
hidung termasuk sebagai saluran pernapasan atas yang terhubung langsung
dengan rongga hidung. Anatomi sistem pernapasan seperti itu akan
memudahkan benda atau bahan asing, yang ada di udara, termasuk bibit
penyakit memasuki sinus-sinus tersebut secara langsung.
Meskipun demikian, rongga hidung memiliki serangkaian sistem pertahanan, dinamakan sistem pertahanan primer. Rongga hidung dilengkapi dengan silia (bulu getar) yang berperan sebagai filter (penyaring) partikel-partikel yang tercampur dalam udara yang dihirup oleh ayam, seperti debu maupun bibit penyakit (virus maupun bakteri). Silia ini selalu melakukan gerakan dinamis yang mengarah keluar lubang hidung. Hanya saja silia hidung hanya mampu menahan partikel yang mencemari udara dengan ukuran 3,7-7,0 mikron. Untuk partikel dengan ukuran yang lebih kecil, yaitu 0,091-1,100 mikron akan lolos dan bertahan di sepanjang saluran pernapasan dan paru-paru. Ukuran partikel yang terdapat pada udara kebanyakan memiliki diameter 1-5 mikron dan ukuran virus lebih kecil lagi, misalnya virus AI yang berdiameter 0,08-0,12 mikron.
Jika partikel cemaran atau debu tersebut lolos dari silia maka akan menempel di sepanjang saluran pernapasan. Dan lendir yang dihasilkan oleh mukosa saluran pernapasan, terutama yang tidak mengandung silia, akan mengeliminasi partikel tersebut. Dalam lendir itu mengandung enzim dan surfaktan (penurun tegangan permukaan) yang mampu menghancurkan bibit penyakit.
Selain itu, selaput lendir saluran pernapasan juga menghasilkan antibodi, disebut imunoglobulin (Ig) A. Antibodi ini berfungsi mencegah perlekatan agen infeksi pada permukaan dan menetralisirnya. Selain Ig A juga ada Ig E dan Ig G. Ig A berperan menyingkirkan protein asing atau larva cacing yang masuk melalui permukaan tubuh sedangkan Ig G berfungsi melindungi permukaan tubuh terhadap reaksi peradangan.
Mekanisme pertahanan dari sistem pernapasan ayam ini telah dibuktikan oleh Mensah dan Brain (1982). Penelitian itu dilakukan dengan cara menyemprotkan partikel udara dengan diameter 0,45 mm selama 30-40 menit. Hasilnya menunjukkan saat akhir penyemprotan pada trakea tidak banyak ditemukan adanya cemaran dan 12 jam setelah selesai penyemprotan seluruh cemaran telah dieliminasi dari trakea. Demikian juga pada paru-paru, partikel cemaran berhasil dikeluarkan 1 jam setelah penyemprotan.
Meskipun demikian, rongga hidung memiliki serangkaian sistem pertahanan, dinamakan sistem pertahanan primer. Rongga hidung dilengkapi dengan silia (bulu getar) yang berperan sebagai filter (penyaring) partikel-partikel yang tercampur dalam udara yang dihirup oleh ayam, seperti debu maupun bibit penyakit (virus maupun bakteri). Silia ini selalu melakukan gerakan dinamis yang mengarah keluar lubang hidung. Hanya saja silia hidung hanya mampu menahan partikel yang mencemari udara dengan ukuran 3,7-7,0 mikron. Untuk partikel dengan ukuran yang lebih kecil, yaitu 0,091-1,100 mikron akan lolos dan bertahan di sepanjang saluran pernapasan dan paru-paru. Ukuran partikel yang terdapat pada udara kebanyakan memiliki diameter 1-5 mikron dan ukuran virus lebih kecil lagi, misalnya virus AI yang berdiameter 0,08-0,12 mikron.
Jika partikel cemaran atau debu tersebut lolos dari silia maka akan menempel di sepanjang saluran pernapasan. Dan lendir yang dihasilkan oleh mukosa saluran pernapasan, terutama yang tidak mengandung silia, akan mengeliminasi partikel tersebut. Dalam lendir itu mengandung enzim dan surfaktan (penurun tegangan permukaan) yang mampu menghancurkan bibit penyakit.
Selain itu, selaput lendir saluran pernapasan juga menghasilkan antibodi, disebut imunoglobulin (Ig) A. Antibodi ini berfungsi mencegah perlekatan agen infeksi pada permukaan dan menetralisirnya. Selain Ig A juga ada Ig E dan Ig G. Ig A berperan menyingkirkan protein asing atau larva cacing yang masuk melalui permukaan tubuh sedangkan Ig G berfungsi melindungi permukaan tubuh terhadap reaksi peradangan.
Mekanisme pertahanan dari sistem pernapasan ayam ini telah dibuktikan oleh Mensah dan Brain (1982). Penelitian itu dilakukan dengan cara menyemprotkan partikel udara dengan diameter 0,45 mm selama 30-40 menit. Hasilnya menunjukkan saat akhir penyemprotan pada trakea tidak banyak ditemukan adanya cemaran dan 12 jam setelah selesai penyemprotan seluruh cemaran telah dieliminasi dari trakea. Demikian juga pada paru-paru, partikel cemaran berhasil dikeluarkan 1 jam setelah penyemprotan.
Penyebab Kerusakan Sinus
• Faktor infeksius
1. Korisa
2. CRD
3. SHS
Kerusakan
sinus maupun sistem pernapasan atas akan mengakibatkan asupan oksigen
ke dalam tubuh ayam terganggu. Akibatnya produktivitas ayam menurun,
bahkan kasus kematian juga tidak jarang ditemukan. Selain itu, rusaknya
sistem pernapasan itu juga akan menjadi jalan bagi bibit penyakit untuk
menginfeksi tubuh ayam. Penyebab kerusakan sinus dan sistem pernapasan
bisa dikelompokkan menjadi 2, yaitu infeksius dan non infeksius.
• Faktor infeksius
Korisa,
chronic respiratory disease (CRD) dan swollen head syndrome (SHS)
merupakan beberapa contoh agen penyakit yang menyebabkan kerusakan sinus
dan saluran pernapasan atas.
1. Korisa
Korisa
merupakan penyakit bakterial yang disebabkan oleh Haemophilus
paragallinarum dengan lokasi predileksi utamanya di sinus
infraorbitalis. Ayam yang terserang korisa akan mengalami pembengkakan
muka, terutama di sekitar sinus infraorbitalis. Selain itu, tak jarang
juga ditemukan mata berair seperti menangis.
Saat dilakukan bedah bangkai maka akan ditemukan di sekitar sinus hidung, adanya lendir atau kotoran dari hidung yang mula-mula encer dan berlanjut sampai kental yang berbau menyengat, seperti bau telur busuk.
Saat dilakukan bedah bangkai maka akan ditemukan di sekitar sinus hidung, adanya lendir atau kotoran dari hidung yang mula-mula encer dan berlanjut sampai kental yang berbau menyengat, seperti bau telur busuk.
2. CRD
Mycoplasma
gallisepticum merupakan agen penyakit yang mengakibatkan serangan CRD.
Gejala klinis yang nampak antara lain keluarnya ingus katar dari lubang
hidung dan ayam susah bernapas sehingga ayam bernapas melalui mulut,
ngorok, batuk dan bersin.
Perubahan patologi anatomi (bedah bangkai) pada kasus CRD antara lain sinusitis (peradangan pada sinus), peradangan pada trakea. Kantung udara mengalami peradangan dan terdapat eksudat berwarna kuning terang dan keruh.
Perubahan patologi anatomi (bedah bangkai) pada kasus CRD antara lain sinusitis (peradangan pada sinus), peradangan pada trakea. Kantung udara mengalami peradangan dan terdapat eksudat berwarna kuning terang dan keruh.
3. SHS
Berbeda
dengan korisa dan CRD, SHS merupakan penyakit viral yang disebabkan
oleh virus avian pneumovirus. Ayam yang terserang SHS awalnya
konjungtiva akan memerah dan kelenjar air mata membengkak. Selanjutnya
pembengkakan akan terjadi di sekitar mata, jengger, pial dan sekitar
rahang.
Perubahan bedah bangkai akibat serangan SHS ialah mukosa rongga hidung dan saluran pernapasan bagian atas mengalami pembendungan, ada titik-titik kemerahan dan kematian jaringan. Sinusitis seringkali ditemukan pada kasus yang akut.
Perubahan bedah bangkai akibat serangan SHS ialah mukosa rongga hidung dan saluran pernapasan bagian atas mengalami pembendungan, ada titik-titik kemerahan dan kematian jaringan. Sinusitis seringkali ditemukan pada kasus yang akut.
• Faktor non infeksius
• Amonia
• Hidrogen sulfida (H2S)
• Ozon
Kendalikan Faktor Pemicu Kerusakan Sinus dan Sistem Pernapasan Atas
• Mengendalikan faktor infeksius
Kondisi
suhu dan kelembaban yang tidak sesuai akan mengakibatkan gangguan
fungsi sinus dan saluran pernapasan lainnya. Suhu yang nyaman bagi ayam
ialah 25-28oC dengan kelembaban 60-70%. Saat kelembaban udara < 50%
akan mengakibatkan membran mukosa saluran pernapasan, termasuk sinus
menjadi kering. Akibatnya aktivitas silia menjadi terhambat dan potensi
masuknya partikel debu maupun bibit penyakit yang mampu mengganggu
sistem pernapasan ayam semakin besar. Kecepatan angin yang terlalu
berlebih juga bisa mengganggu fungsi sistem pernapasan ayam. Kecepatan
aliran udara yang langsung mengenai tubuh ayam dewasa hendaknya tidak
lebih dari 2,5-3 m/detik. Dan saat masa brooding kecepatan aliran udara
hendaknya diatur < 0,3-0,6 m/detik.
Keberadaan gas yang berbahaya dalam kandang juga bisa mengganggu fungsi dan sistem pernapasan ayam. Gas tersebut antara lain :
Keberadaan gas yang berbahaya dalam kandang juga bisa mengganggu fungsi dan sistem pernapasan ayam. Gas tersebut antara lain :
• Amonia
Amonia
merupakan gas alkali, tidak berwarna dan mempunyai daya iritasi yang
tinggi. Gas amonia ini dihasilkan dari proses pengomposan
(decomposition) bahan organik atau dari subtansi nitrogen (seperti sisa
protein atau asam urat yang dibuang dari tubuh ayam) oleh bakteri.
Amonia terdapat dalam 2 bentuk, yaitu bentuk terikat atau terlarut dalam
cairan feses (NH4OH) dan bentuk gas (NH3).
Amonia
memiliki daya iritasi yang tinggi dan bisa diserap oleh mukosa membran
pada mata dan saluran pernapasan. Tingkat kerusakan akibat amonia sangat
dipengaruhi oleh konsentrasi gas ini. Konsentrasi amonia yang aman dan
belum menimbulkan gangguan pada ayam ialah dibawah 20 ppm (part per
million atau 1 : 1 juta).
Tingginya kadar amonia pada kandang dapat dipicu oleh kadar protein ransum yang terlalu berlebih sehingga dibuang bersama feses, suhu dan kelembaban kandang yang tidak sesuai maupun karena ventilasi dan kualitas litter yang kurang baik.
Kerusakan yang diakibatkan tingginya kadar amonia pada sistem pernapasan ayam antara lain merusak silia dan produksi lendir menjadi berlebih, gerakan silia terganggu bahkan tidak berfungsi maupun mengakibatkan iritasi pada konjungtiva mata.
Tingginya kadar amonia pada kandang dapat dipicu oleh kadar protein ransum yang terlalu berlebih sehingga dibuang bersama feses, suhu dan kelembaban kandang yang tidak sesuai maupun karena ventilasi dan kualitas litter yang kurang baik.
Kerusakan yang diakibatkan tingginya kadar amonia pada sistem pernapasan ayam antara lain merusak silia dan produksi lendir menjadi berlebih, gerakan silia terganggu bahkan tidak berfungsi maupun mengakibatkan iritasi pada konjungtiva mata.
• Hidrogen sulfida (H2S)
Hidrogen
sulfida merupakan gas beracun yang dihasilkan dari penguraian materi
organik, seperti feses oleh bakteri anaerob. Gas ini bisa merusak sistem
pernapasan ayam dan menghambat sistem enzim. Ayam yang menghirup
hidrogen sulfida dengan konsentrasi 2.000-3.000 ppm selama 30 menit akan
mengakibatkan frekuensi dan volume pernapasan menjadi terganggu dan
tidak teratur. Dan ayam akan mati saat menghirup H2S dengan kadar 4.000
ppm selama 15 menit.
• Ozon
Ozon
merupakan gas berwarna kebiruan yang dihasilkan dari reaksi oksigen
dengan sinar ultraviolet (UV). Saat terjadi kilat gas ozon juga bisa
terbentuk. Anak ayam yang menghirup ozon secara terus-menerus dengan
kadar 1-4 ppm maka pada hari ke-5 anak ayam ini akan mati. Sedangkan
ayam muda yang menghirup 0,3-0,7 ppm ozon akan mengalami haemorrhagie
pada paru-paru maupun bronkus.
Kendalikan Faktor Pemicu Kerusakan Sinus dan Sistem Pernapasan Atas
Kerusakan
sinus dan sistem pernapasan atas akan memberikan konsekuensi
tersendiri. Ayam menjadi relatif mudah terserang bibit penyakit dan
penanganannya juga relatif lebih sulit. Sinus hanya memiliki sedikit
pembuluh darah, sama halnya dengan kantung udara. Akibatnya saat ayam
telah mengalami kerusakan sinus maka pengobatannya menjadi relatif lebih
sulit dan kasusnya tidak bisa diatasi secara tuntas. Fenomena ini
nampak pada kasus infeksi korisa, dimana ayam yang telah terinfeksi
korisa berperan sebagai carrier (pembawa penyakit). Dan suatu waktu,
terutama saat kondisi ayam kurang fit maka bakteri korisa dapat
menyerang kembali.
Menghindarkan atau meminimalkan faktor penyebab kerusakan sinus dan saluran pernapasan menjadi salah satu solusi yang perlu kita kedepankan. Pada dasarnya pengendalian faktor-faktor tersebut bisa dikelompokkan menjadi 3 yaitu penerapan tata laksana pemeliharaan secara baik, pelaksanaan biosecurity secara ketat dan aplikasi obat maupun vaksin secara tepat.
Menghindarkan atau meminimalkan faktor penyebab kerusakan sinus dan saluran pernapasan menjadi salah satu solusi yang perlu kita kedepankan. Pada dasarnya pengendalian faktor-faktor tersebut bisa dikelompokkan menjadi 3 yaitu penerapan tata laksana pemeliharaan secara baik, pelaksanaan biosecurity secara ketat dan aplikasi obat maupun vaksin secara tepat.
• Mengendalikan faktor infeksius
Mycoplasma
gallisepticum merupakan bakteri yang tidak memiliki dinding sel.
Kondisi ini akan mengakibatkan bakteri ini relatif mudah mati saat
berada di luar tubuh induk semang (ayam). Pemilihan obat untuk mencegah
atau mengatasi serangan CRD juga harus diperhatikan.
Obat yang efektif mengatasi CRD ialah yang memiliki cara kerja menghancurkan inti sel atau menghambat pembentukan senyawa penting di dalam sel, seperti asam folat atau protein. Hati-hati obat yang bekerja pada dinding sel tidak akan efektif mengatasi CRD, karena bakteri CRD tidak memiliki dinding sel. Golongan antibiotik yang efektif untuk mengatasi CRD antara lain tylosin (Tycotil, Tyfural), tetracycline (Medoxy-LA, Medoxy-L) atau quinolon (Proxan-S, Neo Meditril, Doctril).
Bakteri korisa, H. paragallinarum merupakan sel tunggal dan berkapsul yang relatif mudah mati saat diluar tubuh ayam. Hanya saja saat telah menginfeksi ke dalam tubuh ayam dan menduduki sinus infraorbitalis, bakteri ini bisa bertahan sampai akhir hidup ayam. Oleh karena itu seringkali peternak mengkombinasikan antara pengobatan dan vaksinasi dalam pengendalian korisa. Vaksinasi akan menstimulasi terbentuknya titer antibodi dalam tubuh ayam sehingga saat ada serangan korisa tubuh ayam sudah memiliki antibodi yang dapat menekan serangan korisa itu. Hasil trial pemberian Medivac Coryza T Suspension mampu menstimulasi pembentukan titer antibodi yang protektif terhadap ke-3 serotipe bakteri korisa, yaitu A, B dan C. Medivac Coryza B juga menstimulasi pembentukan titer antibodi yang protektif. Trial ini dilakukan pada ayam specific pathogen free (SPF) yang diberi vaksin Medivac Coryza B pada umur 8 dan 17 minggu secara suntikan subkutan (0,5 ml per ekor).
Pengobatan korisa bisa dilakukan melalui air minum dengan Amoxitin, Proxan-S, Doctril, Neo Meditril, Duoko atau Erysuprim maupun secara injeksi dengan Gentamin, Vet Strep atau Kanamin. Pada kasus yang parah, dimana ayam mengalami kebengkakan muka dan nafsu makan dan minum berkurang maka aplikasi pengobatan sebaiknya dilakukan secara injeksi.
Berbeda dengan CRD dan korisa, serangan SHS tidak bisa dikendalikan dengan pemberian obat, mengingat penyakit ini disebabkan virus avian pneumovirus. Vaksinasi SHS menjadi upaya pencegahan serangan SHS. Sedangkan pemberian obat seperti Therapy, Koleridin, Ampicol, Doctril atau Trimezyn saat serangan SHS akan membantu menekan adanya infeksi sekunder oleh bakteri.
Pengendalian faktor infeksius di atas merupakan langkah yang spesifik pada masing-masing kasus. Guna mendukung dan mengoptimalkan treatment di atas perlu dikombinasikan dengan penerapan tata laksana pemeliharaan dan biosecurity yang baik, diantaranya dilakukan pengisolasian atau pemisahan ayam yang terinfeksi dan atau telah parah, memperbaiki manajemen pemeliharaan (ventilasi udara, ransum, dll) dan menekan jumlah tantangan bibit penyakit dengan cara melakukan semprot (desinfeksi) kandang. Secara lebih terperinci mengenai tata laksana dan biosecurity akan dibahas pada menekan faktor non infeksius.
Obat yang efektif mengatasi CRD ialah yang memiliki cara kerja menghancurkan inti sel atau menghambat pembentukan senyawa penting di dalam sel, seperti asam folat atau protein. Hati-hati obat yang bekerja pada dinding sel tidak akan efektif mengatasi CRD, karena bakteri CRD tidak memiliki dinding sel. Golongan antibiotik yang efektif untuk mengatasi CRD antara lain tylosin (Tycotil, Tyfural), tetracycline (Medoxy-LA, Medoxy-L) atau quinolon (Proxan-S, Neo Meditril, Doctril).
Bakteri korisa, H. paragallinarum merupakan sel tunggal dan berkapsul yang relatif mudah mati saat diluar tubuh ayam. Hanya saja saat telah menginfeksi ke dalam tubuh ayam dan menduduki sinus infraorbitalis, bakteri ini bisa bertahan sampai akhir hidup ayam. Oleh karena itu seringkali peternak mengkombinasikan antara pengobatan dan vaksinasi dalam pengendalian korisa. Vaksinasi akan menstimulasi terbentuknya titer antibodi dalam tubuh ayam sehingga saat ada serangan korisa tubuh ayam sudah memiliki antibodi yang dapat menekan serangan korisa itu. Hasil trial pemberian Medivac Coryza T Suspension mampu menstimulasi pembentukan titer antibodi yang protektif terhadap ke-3 serotipe bakteri korisa, yaitu A, B dan C. Medivac Coryza B juga menstimulasi pembentukan titer antibodi yang protektif. Trial ini dilakukan pada ayam specific pathogen free (SPF) yang diberi vaksin Medivac Coryza B pada umur 8 dan 17 minggu secara suntikan subkutan (0,5 ml per ekor).
Pengobatan korisa bisa dilakukan melalui air minum dengan Amoxitin, Proxan-S, Doctril, Neo Meditril, Duoko atau Erysuprim maupun secara injeksi dengan Gentamin, Vet Strep atau Kanamin. Pada kasus yang parah, dimana ayam mengalami kebengkakan muka dan nafsu makan dan minum berkurang maka aplikasi pengobatan sebaiknya dilakukan secara injeksi.
Berbeda dengan CRD dan korisa, serangan SHS tidak bisa dikendalikan dengan pemberian obat, mengingat penyakit ini disebabkan virus avian pneumovirus. Vaksinasi SHS menjadi upaya pencegahan serangan SHS. Sedangkan pemberian obat seperti Therapy, Koleridin, Ampicol, Doctril atau Trimezyn saat serangan SHS akan membantu menekan adanya infeksi sekunder oleh bakteri.
Pengendalian faktor infeksius di atas merupakan langkah yang spesifik pada masing-masing kasus. Guna mendukung dan mengoptimalkan treatment di atas perlu dikombinasikan dengan penerapan tata laksana pemeliharaan dan biosecurity yang baik, diantaranya dilakukan pengisolasian atau pemisahan ayam yang terinfeksi dan atau telah parah, memperbaiki manajemen pemeliharaan (ventilasi udara, ransum, dll) dan menekan jumlah tantangan bibit penyakit dengan cara melakukan semprot (desinfeksi) kandang. Secara lebih terperinci mengenai tata laksana dan biosecurity akan dibahas pada menekan faktor non infeksius.
• Menekan faktor non infeksius
Sumber dari Info Medion Online (http://info.medion.co.id)
Langkah menekan faktor non infeksius berkaitan erat dengan penerapan manajemen pemeliharaan dan biosecurity.
1. Suplai oksigen harus terpenuhi secara kualitas dan kuantitas
2. Sistem penapasan ayam berfungsi mensuplai udara atau oksigen ke dalam tubuh ayam. Jika udaranya kurang berkualitas, tentu akan mengakibatkan gangguan pada sistem pernapasan ayam. Beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait dengan suplai oksigen yang baik ialah pengaturan ventilasi kandang, manajemen buka tutup tirai, penambahan exhaust fan dan pengaturan kepadatan maupun jarak kandang.
3. Atur suhu dan kelembaban kandang
Suhu yang nyaman bagi ayam ialah 25-28oC dengan kelembaban udara 60-70%. Suhu dan kelembaban yang tidak sesuai akan mengakibatkan ayam stres (bersifat immunosuppressive) sehingga sistem kekebalan tubuh menurun.
Kepadatan kandang, sirkulasi udara dan penambahan exhaust fan bisa menjadi solusi mempertahankan suhu dan kelembaban optimal.
4. Litter hendaknya berkualitas
1. Suplai oksigen harus terpenuhi secara kualitas dan kuantitas
2. Sistem penapasan ayam berfungsi mensuplai udara atau oksigen ke dalam tubuh ayam. Jika udaranya kurang berkualitas, tentu akan mengakibatkan gangguan pada sistem pernapasan ayam. Beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait dengan suplai oksigen yang baik ialah pengaturan ventilasi kandang, manajemen buka tutup tirai, penambahan exhaust fan dan pengaturan kepadatan maupun jarak kandang.
3. Atur suhu dan kelembaban kandang
Suhu yang nyaman bagi ayam ialah 25-28oC dengan kelembaban udara 60-70%. Suhu dan kelembaban yang tidak sesuai akan mengakibatkan ayam stres (bersifat immunosuppressive) sehingga sistem kekebalan tubuh menurun.
Kepadatan kandang, sirkulasi udara dan penambahan exhaust fan bisa menjadi solusi mempertahankan suhu dan kelembaban optimal.
4. Litter hendaknya berkualitas
Kondisi
litter harus dijaga agar tidak lembab karena litter yang basah bisa
memicu pembentukan amonia 300x lebih cepat. Pilih bahan litter yang
memiliki daya serap air baik, contohnya sekam padi. Hati-hati saat
mengganti air minum.
Sinus dan saluran pernapasan atas berperan penting mensuplai oksigen dalam jumlah cukup dan berkualitas. Oleh karena itu menjaga organ dan fungsi sistem pernapasan tetap optimal menjadi kunci utama untuk mencapai produktivitas ayam yang optimal.
Sinus dan saluran pernapasan atas berperan penting mensuplai oksigen dalam jumlah cukup dan berkualitas. Oleh karena itu menjaga organ dan fungsi sistem pernapasan tetap optimal menjadi kunci utama untuk mencapai produktivitas ayam yang optimal.
Sumber dari Info Medion Online (http://info.medion.co.id)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar